Pribadi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
PRIBADI RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. Ketokohan profil ini tidak diragukan lagi. Ia sangat meyakinkan, reputasinya tak perlu dipertanyakan. Banyak ayat Al-Qur`an yang membicarakan keutamaan beliau, baik secara pribadi maupun dalam konteks umum.
Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa Ta’ala mengutus nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat bagi semesta alam, dan imam bagi orang-orang yang bertakwa, serta hujah bagi seluruh umat manusia, dengannya Allah membuka mata orang yang buta, telinga yang tuli dan hati yang lalai. Oleh karena itu, wajib bagi tiap muslim untuk mengetahui tentang akhlak mulia yang dimiliki oleh beliau serta kisah perjalanan hidupnya yang harum penuh dengan pesona, dalam rangka memenuhi firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:
قال الله تعالى: ﴿ لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا [ الأحزاب: 21]
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. [al-Ahzab/33: 21].
Di mana Allah Ta’ala telah memuji budi pekerti luhur yang dimiliki oleh nabi-Nya, yaitu dengan firman -Nya:
قال الله تعالى: وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ [ القلم: 4]
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. [al-Qolam/68: 4].
Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya, tidak pernah berkata kasar tidak pula berkata keji, tidak suka mencela tidak pula senang melaknat, tidaklah beliau diberi kesempatan untuk memilih antara dua perkara, kecuali beliau memilih yang termudah diantara keduanya selama tidak mengandung perbuatan dosa, apabila mengandung perbuatan dosa beliau adalah orang yang paling jauh darinya. Allah Shubhanahu wa Ta’ala menjelaskan salah satu kelebihan beliau didalam firman-Nya:
قال الله تعالى: وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ [ ال عمران: 159]
“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”. [al-Imraan/3: 159].
Beliau adalah orang yang paling baik perangainya, halus budi pekertinya, tidak keras tidak pula berhati kasar. Beliau biasa menjahit pakainnya sendiri, serta menjahit tali sandalnya, mengerjakan pekerjaan rumah dengan tangannya sendiri, beliau juga mengunjungi orang-orang miskin, menghadiri undangan mereka, memenuhi kebutuhan mereka, tidak pernah mencela pembantunya tidak pula menjelek-jelekannya.
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
خَدَمْتُ النَّبِيَّ صلى اللهُ عليه وسلم عَشْرَ سِنِينَ، فَمَا قَالَ لِي: أُفٍّ قَطُّ، وَمَا قَالَ لِشَيْءٍ صَنَعْتُهُ: لِمَ صَنَعْتَهُ، وَلَا لِشَيْءٍ تَرَكْتُهُ: لِمَ تَرَكْتَهُ؟
“Aku pernah melayani Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam selama sepuluh tahun, belum pernah saya jumpai beliau berkata kepada saya, “ah” sedikitpun. Tidak pula bertanya pada sesuatu yang aku kerjakan, kenapa kamu lakukan, dan tidak pula menanyakan pekerjaan yang aku tinggalkan, kenapa kamu tidak kerjakan? [HR at-Tirmidzi no: 2015. Beliau berkata hadits hasan shahih].
Beliau sangat menghormati orang yang lebih tua darinya dan sangat menyayangi anak kecil. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
مَا رَأَيتُ أَحَدًا كَانَ أَرحَمَ بِالعِيَالِ مِن رَسُولِ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلم
“Belum pernah aku melihat seorangpun yang lebih penyayang terhadap keluarganya dari pada Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa sallam“. [HR Muslim no: 2316].
وَكَانَ مُتَوَاضِعًا لِعِبَادِ اللهِ، فَكَانَ إِذَا صَافَحَهُ الرَّجُلُ لَا يَنْزِعُ يَدَهُ مِنهُ حَتَّى يَكُونَ الرَّجُلُ يَنْزِعُ يَدَهُ
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling rendah hati pada orang lain, apabila beliau berjabat tangan bersama orang lain maka beliau tidak menarik tangannya sebelum orang tersebut yang menarik tangannya terlebih dahulu. [HR at-Tirmidzi no: 2390. Dinyatakan lemah oleh al-Albani]
وَكَانَتِ الأَمَةُ مِن إِمَاءِ المَدِينَةِ لَتَأخُذُ بِيَدِ رَسُولِ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلم فَتَنطَلِقُ بِهِ حَيثُ شَاءَتْ
Adalah budak sahaya dari sahaya yang ada dikota Madinah pernah mengandeng tangan Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengajaknya pergi untuk membantu kebutuhannya. [HR Bukhari no: 6072]
Dijelaskan oleh al-Hafidh Ibnu Hajar, “Bahwa yang dimaksud mengandeng tangan ialah di ajak untuk mengikutinya, dan itu termasuk bagian sikap lemah lembut yang dimiliki beliau serta suka memenuhi kebutuhan orang lemah. Dan ini menunjukan betapa rendah dirinya terhadap orang lain serta jauh dari segala macam bentuk kesombongan”.[1]
وَكَانَ صلى اللهُ عليه وسلم أَجوَدَ النَّاسِ، جَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعطَاهُ غَنَمًا بَينَ جَبَلَينِ، فَرَجَعَ إِلَى قَومِهِ وَهُوَ يَقُولُ: يَا قَومِ أَسلِمُوا، فَوَاللهِ إِنَّ مُحَمَّدًا لَيُعطِي عَطَاءً مَا يَخَافُ الفَقرَ
Beliau adalah orang yang paling dermawan, pernah ada seorang datang kepada beliau kemudian beliau kasih orang tadi satu lembah kambing, setelah itu dia pulang ke kaumnya sambil menyeru, “Duhai kaumku masuklah kalian ke dalam Islam, demi Allah, sesungguhnya Muhammad benar-benar memberi dengan pemberian orang yang tidak takut miskin“. [HR Muslim no: 2312]
Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah diminta sesuatu dalam urusan dunia kemudian beliau berkata tidak.[2] Beliau adalah orang yang paling zuhud terhadap dunia, dirinya pernah diberi pilihan antara hidup di dunia sesuai apa yang Allah Shubhanahu wa Ta’ala kehendaki dan untuk bertemu dengan Rabbnya maka beliau lebih memilih perjumpaan bersama Rabbnya.[3] Beliau pernah menjalani dua bulan berturut-turut dan tidak ada sesuatupun yang bisa dimasak dalam rumahnya.[4]
Bermalam dalam kondisi lapar sedangkan keluarganya tidak menjumpai ada makanan yang bisa dimakan.[5] Dan beliau pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا لِي وَلِلدُّنْيَا ! ما أنا إلا كَرَاكِبٍ استظِلَّ تحت شَجَرَةٍ ثُمَّ تَرَكَهَا ورَاحَ » [أخرجه إبن ماجه]
“Apalah arti dunia bagiku! Dunia bagiku tak ubahnya seperti pengendara yang berteduh dibawah sebuah pohon kemudian meninggalkan dan pergi darinya“. [HR Ibnu Majah no: 4109. Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Ibnu Majah 2/394 no: 3317.]
Umar bin Khatab mengkisahkan, “Sungguh aku pernah menyaksikan Nabi kalian menahan lapar karena tidak ada yang bisa mengganjal perutnya walau hanya kurma yang jelek”.[HR Muslim no: 2978]
Dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, beliau tidak meninggalkan dinar, tidak pula dirham, kambing, ataupun onta, yang beliau tinggalkan hanya senjata dan keledainya, dan tanah yang beliau jadikan untuk sedekah bagi para ibnu sabil. [HR Bukhari no: 4461].
Beliau meninggal dunia sedangkan baju besinya masih tergadai ditangan orang Yahudi dengan gadai tiga sha’ gandum.[6]
Pernah datang seorang sahabat sambil mengadu, “Sungguh aku merasa lapar sekali”. Beliau lalu menemui isterinya, namun isterinya mengatakan, “Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak punya makanan melainkan air”. Kemudian beliau mendatangi isterinya yang lain, dia pun menyatakan seperti yang pertama, sampai beliau keliling menemui isteri-isterinya dan jawaban mereka semua sama.[7]
Adapun dalam masalah ibadah, beliau adalah orang yang banyak melakukan sholat malam sampai kedua kakinya bengkak. Ketika dikatakan padanya, “Kenapa engkau melakukan ini semua, bukankah Allah Shubhanahu wa Ta’ala telah mengampuni dosamu yang telah lampau dan yang akan datang”. Maka beliau menjawab, “Tidaklah kamu suka kalau aku menjadi hamba yang bersyukur?! [HR Bukhari no: 1130. Muslim no: 2820].
Anas bin Malik berkata, “Adalah Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka (tidak puasa) selama satu bulan penuh, hingga kami mengira beliau tidak berpuasa sama sekali pada bulan tersebut, dan beliau berpuasa (penuh) hingga kami mengira beliau tidak berbuka sedikitpun pada bulan tersebut. dan tidaklah aku melihat pada malam hari melainkan dalam keadaan sholat”. [HR Bukhari no: 1141]
Dalam keberanian, beliau adalah orang yang paling pemberani dan paling jantan. Berkata Bara’ bin Azib Radhiyallahu ‘anhuma, “Kami, demi Allah apabila keadaan sudah sangat genting maka kami berlindung pada beliau, sungguh beliau adalah orang yang paling berani diantara kami –yakni Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa sallam-“.[HR Muslim no: 1776]
Pada perang Hunain, pasukan yang ikut serta bersama beliau adalah 12.000 pasukan, dan tidak tersisa yang bersama beliau melainkan hanya sekitar 100 personil dari kalangan para sahabatnya. Kemudian Beliau memacu keledainya menghadang pasukan kafir sambil berkata, “Aku adalah Nabi, bukan dusta, akulah cucu Abdul Muthalib“. Senantiasa beliau dalam keadaan demikian sampai akhirnya Allah Shubhanahu wa Ta’ala menolongnya dengan memberi kemenangan padanya. [HR Bukhari no: 2864. Muslim no: 1776].
Dirinya mendapat ujian ketika berjihad dijalan Allah Shubhanahu wa Ta’ala dengan ujian yang sangat berat, gigi taringnya patah, kepalanya terluka, sampai mengalirkan darah ke wajah beliau. Dan nabi berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَقَدْ أُوذِيتُ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَمَا يُؤْذَى أَحَدٌ, وَأُخِفْتُ مِنْ اللَّهِ وَمَا يُخَافُ أَحَدٌ, وَلَقَدْ أَتَتْ عَلَيَّ ثَلَاثَون مِنْ بَيْنِ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ, وَمَا لِي وَلا لبلال طَعَامٌ يَأْكُلُهُ ذُو كَبِدٍ إِلَّا شيء يُوَارِيه إِبِطُ بِلَالٍ » [أخرجه أحمد]
“Sungguh diriku mendapat ujian karena Allah dengan ujian yang tidak dialami oleh seorang pun, mendapat tekanan karena Allah yang belum pernah dirasakan oleh seorangpun. Sungguh telah datang padaku tiga puluh malam dan siang, tidak ada bagiku tidak pula bagi bilal, makanan yang bisa dimakan untuk meluruskan tulang punggung kecuali sedikit yang bisa menegakan lengan bilal“. [HR Ahmad 21/443 no: 14055]
Beliau adalah orang paling baik dalam bergaul, indah dalam berinteraksi, suka menyambung hubungan kerabat, dan beliau lebih pemalu dari pada gadis perawan yang di pingit. Jabir bin Abdillah berkata, “Tidaklah saya melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melainkan beliau dalam kondisi senyum tersungging pada wajahnya”. [HR Bukhari no: 3035. Muslim no: 2475.]
Beliau melarang para sahabatnya menghormati dan mengangkat dirinya melebihi kedudukan yang Allah Shubhanahu wa Ta’ala telah berikan padanya, dan beliau berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَام فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ » [أخرجه البخاري]
“Janganlah kalian berlebih-lebihan didalam memujiku sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Nashrani yang berlebihan terhadap Isa ibnu Maryam. Saya adalah seorang hamba Allah dan utusan –Nya“. [HR Bukhari no: 3445].
Beliau adalah orang yang paling dicintai oleh para sahabatnya, bila beliau berbicara maka mereka langsung diam mendengarkan ucapannya, jika beliau menyuruh maka mereka bersegera memenuhi perintahnya.[8] Anas bin Malik mengatakan, “Tidak ada seorangpun yang paling mereka cintai melebihi kecintaannya mereka terhadap Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa sallam“.[9]
Telah terkumpul pada diri beliau akhlak dan budi pekerti luhur yang tiada bandinganya. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Belum pernah tercatat kedustaan yang beliau ucapkan walau hanya sekali, tidak berbuat dhalim pada seorangpun, tidak pula mengingkari janji, justru beliau adalah orang yang paling jujur serta paling adil perkataanya, paling memenuhi amanah dalam segala kondisi, baik dalam kondisi aman, takut, kaya, fakir, ketika banyak pengikut maupun manakala sedikit pengikutnya”.[10]
Beliau adalah orang yang fasih lisannya dan paling indah retorikanya. Suatu kali beliau pernah sholat shubuh, lalu naik mimbar dan berkhutbah dihadapan para sahabat hingga menjelang dhuhur. Beliau turun lalu mengerjakan sholat kemudian naik mimbar lagi dan berkhutbah hingga menjelang ashar, beliau turun lalu mengerjakan sholat ashar kemudian naik mimbar kembali hingga matahari tenggelam. Beliau mengabarkan pada mereka segala permasalahan yang terjadi sampai hari kiamat. [HR Muslim no: 2892]
Beliau adalah orang yang paling indah fisiknya serta paling bagus perawakannya. Apabila beliau gembira wajahnya bercahaya sehingga terlihat seperti potongan bulan. Badan beliau wangi dan aromanya wangi. Anas bin Malik menceritakan, “Belum pernah aku mencium parfum Anbar, kasturi ataupun yang lainnya seharum aroma wanginya Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku juga belum pernah menyentuh kain sutera sehalus telapak tangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam“. [HR Bukhari no: 3561. Muslim no: 2330.]
Maka wajib bagi tiap mukmin untuk mengenal sosok pribadi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kadar serta kedudukannya, sehingga ia tidak mengangkat hingga melebihi kedudukannya tidak pula mengurangi kedudukan yang ada pada beliau. Begitu pula wajib bagi dirinya untuk mengikuti beliau, menjalankan perintah-perintahnya, serta menjauhi segala larangannya. Sebagaimana dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ [ العمران: 31 ]
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [al-Imraan/3: 31].
Syaikh Abdurahman bin Hasan Alu Syaikh menjelaskan, “Dan pengagungan terhadap Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat terpenuhi dengan mengagungkan perintah-perintah beliau, menjauhi segala larangannya, mengambil petunjuk beliau, serta mengikuti sunahnya, berdakwah kepada agama yang beliau bawa, membelanya, memberikan loyalitas terhadap orang mukmin serta membenci orang-orang yang ingkar, dan menjadikan kecintaan pada beliau melebihi kecintaanya terhadap harta dan keluarga serta anak keturunan”. [11]
Dan lebih jelasnya, dalam hal ini Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda dalam hadits shahih yang diriwayatkan dari Umar bin Khatab Radhiyallahu ‘anhu:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ » [أخرجه البخاري ومسلم]
“Tidak akan sempurna keimanan salah seorang diantara kalian hingga menjadikan diriku lebih ia cintai dari pada kedua orang tuanya, anak serta seluruh manusia“. [HR Bukhari no: 15. Muslim no: 44]
Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
[Disalin dari مقتطفات من أخلاق النبي ﷺ وسيرته العطرة Penulis Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Penerjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2014 – 1435]
______
Footnote
[1] Fathul Bari 10/490.
[2] HR Bukhari no: 6034. Muslim no: 2311.
[3] HR Ahmad 25/376 no: 15997.
[4] HR Bukhari no: 6459. Muslim no: 2972.
[5] HR at-Tirmidzi no: 2360. Beliau berkata Hadits hasan shahih.
[6] HR Bukhari no: 4467. Muslim no: 1603.
[7] HR Bukhari no: 3798. Muslim no: 2054.
[8] HR Bukhari no: 2731-2732.
[9] HR Ahmad 19/367 no: 12370.
[10] al-Jawabul Kafi liman Badala Diinul Masih 5/439.
[11] Fathul Majid Syarh Kitab at-Tauhid hal: 255.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/35278-pribadi-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html